Kolaborasi Mengabdi – Berdaya Mandiri

oleh : Muhammad Alfiyani*

Organisasi dipandang sebagai sebuah sistem dengan makna bahwa organisasi akan secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungannya. Konsekuensi dari itu adalah organisasi akan bersifat dinamis untuk merespon hubungan interaksional dengan lingkungannya. Individu atau kelompok yang tidak mampu beradaptasi akan menerima konsekuensi terdegradasi dari dinamika kehidupan dan tentu jauh dari kata berkembang dan maju. Pada keadaan organisasi yang demikian muncul istilah “Hidup segan, mati pun enggan” karena dinilai adanya organisasi tidak memberikan dampak signifikan pada pengembangan sumber daya manusianya dan jika organisasi itu ditiadakan dianggap tidak menghargai perjuangan orang-orang sebelumnya terlebih pada pendiri organisasi.

Adapun komposisi organisasi kepemudaan pada tahun 2023 bertransformasi dari generasi Millenial ke Generasi Z. Transformasi ini tentu menjadi sudut pandang baru dalam menyikapi karakter organisasi yang dinamis dan menjadikan pengurus organisasi harus mampu untuk beradaptasi. Adaptasi yang diharapkan adalah kecermatan kita melihat peluang pada permasalahan yang hadir sehingga pengembangan sumber daya akan terus bertransformasi.Konsensus dari permasalahan tersebut adalah merangkul dan berjalan seiring bersamaan dengan individu atau kelompok lain hingga tercapainya tujuan bersama yang secara sederhana kita kenal dengan istilah kolaborasi. Daripada berkompetisi untuk berada tunggal di pucuk pengakuan kiranya lebih elok bersamaan menopang sehingga pondasi pengembangan organisasi menjadi lebih matang. Dan menjadi barang tentu agar tercapainya kolaborasi yang optimal masing-masing pihak mempunyai “bargaining” tersendiri.

“Sebelum melibatkan orang lain, sebaiknya kita selesai dengan urusan kita sendiri” , kalimat tersebut adalah syarat mutlak kolaborasi sehingga meminimalisir terjadinya “konflik rendahan“ pada proses mencapai tujuan bersama. Dengan berkolaborasi bukan berarti kita meninggalkan pengembangan organisasi secara internal, kemandirian pun perlu disiapkan dengan “resources” yang dimiliki. Resources yang dimaksud diantaranya adalah pola kepemimpinan, kematangan berpikir, kesiapan sektoral peminatan, serta relasi strategis. Dalam mengelola human resources tentu organisasi terlebih dahulu menyiapkan big data apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan, kesiapan matriks organisasi, dan strategi pengembangan sehingga mampu menakar kolaborasi yang sustainable. Semakin kompleks organisasi dan semakin tinggi kedinamisannya, organisasi sudah seharusnya membangun komitmen kolaborasi dengan organisasi lainnya.

Mengubah suatu organisasi tidak selalu dilakukan dengan mengubah strukturnya. Manajemen yang dilakukan tidak dapat dengan mudah mengganti fungsi yang satu dengan yang lainnya secara parsial atau mengganti seluruh struktur secara total. Melalui revitalisasi secara sistematis dan terarah, maka proses transformasi suatu organisasi menjadi lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama.

Pada akhirnya, menawarkan kolaborasi dengan memiliki bekal organisasi yang mumpuni akan menjadikan pondasi pihak yang terlibat menjadi lebih kokoh dan tidak terdegradasi dari kondisi zaman yang akan terus bertransformasi dengan pesat. Iklim kolaborasi akan menjadi realitas budaya yang positif pada pengembangan organisasi. Dengan tidak meninggalkan kesiapan sumber daya yang dimiliki, semua yang terlibat akan berperan maksimal sehingga melahirkan sebuah tren positif untuk kedepannya.

*Penulis Merupakan Aktivis muda yang pernah aktif di berbagai organsiasi jabatan tertinggi yakni sebagai Presiden Mahasiswa UM Banjamasin 2020-2021 pun pernah di dudukinya sekarang menjabat Sekretaris Bidang Organisasi DPD IMM KALSEL

Post a Comment

0 Comments