Lingkungan Keluarga terhadap Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19


Oleh : IMMawati Nur Melinda

Pada masa pandemi ini dampak yang dirasakan bukan hanya terhadap lingkungan kesehatan, social dan ekonomi namun juga terhadap lingkungan pendidikan. Adanya kebijakan belajar di rumah untuk memutuskan mata rantai penyebaran covid-19 ini pun membuat lingkungan belajar/pendidikan kita menjadi berbeda. Lingkungan pendidikan dapat kita artikan sebagai suatu lingkungan yang kemudian menjadi faktor atau pengaruh terhadap berlangsungnya proses pendidikan. Adapun lingkungan pendidikan yang baik itu tentunya harus memberikan kenyamanan belajar sehingga dapat memotivasi anak dalam belajar. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga atau yang sering kita dengar dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yakni Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat. Namun pada tulisan ini, saya akan memfokuskan pembahasan mengenai lingkungan keluarga. Karena lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak itu bermulai dari pendidikan dalam keluarganya. Bahkan dari semenjak anak dilahirkan maupun semenjak masih dalam kandungan, orangtua harus memberikan pendidikan terhadap anaknya. 

Meniru cara mendidik anak dari satu - satunya keluarga yang namanya dijadikan nama surat di dalam Al-Qur’an, yaitu keluarga Ali Imran. Dimana jika kita ingin memiliki anak yang baik shalih/shalihah, istri Imran yaitu ibunda Hannah memulai tekad dan pendidikannya itu bukan ketika anak sudah dilahirkan justru dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Lingkungan keluarga ini tentunya menjadi sangat penting dan sangat perlu diperhatikan terhadap pendidikan kepada anak. Karena sedikit saja keliru dalam memberikan pendidikan, pengaruhnya sangat besar sekali terhadap pertumbuhan dan perkembangan karakter anak nanti.  Sebagaimana dalam sebuah hadist disebutkan, Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi…” Pada hadist tersebut perlu kita ketahui betapa pentingnya peran keluarga khususnya kedua orangtua dalam mendidik anaknya terlagi dalam perihal tauhid/pendidikan agamanya. Oleh karena itu, faktor pertama yang menjadi indikator lingkungan keluarga terhadap pendidikan ialah bagaimana cara mendidik orangtua kepada anaknya. Dalam islam, kita juga telah diajarkan untuk mendidik dengan lemah lembut serta kasih dan sayang sehingga pengajaran yang kita berikan dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh anak. 

Adapun di masa pandemi seperti ini, adanya kebijakan work form home membuat orangtua menjadi memiliki waktu yang lebih panjang bersama anaknya dirumah. Sehingga seharusnya orangtua dapat menjadikan masa pandemi ini sebagai momen dimana mereka dapat memanfaatkan dan memaksimalkan lagi peranannya dalam memberikan pendidikan kepada anaknya baik mulai dari pendidikan agama, moral, social maupun pendidikan intelektualnya. Ketika anak masih dalam masa golden age dimana anak sangat mudah meniru setiap apa yang dilihatnya dan menanyakan segala sesuatu hal yang baru menurutnya. Maka disaat inilah orangtua harus dapat selalu memperhatikan dan mencontohkan segala hal yang baik kepada anaknya, terlagi dimasa pandemic covid-19 ini. Orangtua dapat memulainya dari hal kecil dengan metode pendidikan pembiasaan seperti ketika selepas beribadah atau baru beranjak memulai hari kemudian orangtua mengajak anaknya untuk selalu berdzikir dan berdoa memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar terhindar dari segala macam bahaya misalnya diawali setiap pagi atau petang dengan membaca doa ini sebanyak 3x secara berulang :
الْعَلِيمُ السَّمِيعُ وَهُوَ السَّمَاءِ فِي وَلَا الْأَرْضِ فِي شَيْءٌ اسْمِهِ مَعَ يَضُرُّ لَا الَّذِي اللَّهِ بِسْمِ
Lalu ketika anak mulai bertanya, “kenapa kita harus membaca doa bun?” maka disaat inilah orangtua dapat memberikan pengetahuan agama untuk menanamkan tauhid kepada anaknya. Kemudian jika orangtua sangkut pautkan kembali penjelasan tersebut kepada covid-19 ini maka akan timbul kembali pertanyan anak seperti “covid-19 itu apa bunda? Masker itu untuk apa ayah?” maka disaat inilah juga orangtua dapat memberikan pengetahuan umum terhadap anaknya. Selanjutnya dengan metode keteladanan juga orangtua dapat mencontohkan bagaimana etika ketika bersin maupun batuk dalam kondisi seperti ini, bagaimana mengajarkan anak untuk saling membantu terhadap sesama atau juga bisa dengan menggunakan metode praktik/latihan, seperti meminta anak untuk melakukan praktik berwudhu, sholat, cuci tangan yang benar dsb.

Selain itu dengan adanya kebijakan stay at home ini pula, mengharuskan anak - anak usia sekolah untuk belajar di rumah saja. Sehingga orangtua pun menjadi memiliki tugas dan tanggungjawab yang ekstrak lagi terhadap pendidikan anaknya. Bukan hanya kontroling juga ikut serta dalam membantu setiap pembelajaran daring/luring agar dapat diterima oleh anak dengan baik. Serta orangtua juga harus memetakan waktu kegiatan belajar anak sebagaimana mestinya proses pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan seperti semula.  Oleh karena itu, faktor kedua yang menjadi indikator lingkungan keluarga terhadap pendidikan ialah relasi antar keluarga dan suasana rumahnya. Dimana hubungan antar keluarga dan suasana rumah ini tentunya juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan belajar anak sehingga apabila anak telah mendapatkan suasana rumah yang mendukung (tidak bising, ribut, gaduh dsb) akan proses belajarnya dan merasa aman ketika dibimbing atau dikontrol proses belajarnya oleh keluarga yang memiliki hubungan baik dengannya, maka anak pun akhirnya dapat belajar dengan enjoy meskipun dengan daring/luring. Serta terjalinnya hubungan yang baik dengan anak, maka anak akan lebih mudah untuk dinasihati atau menerima nasihat dari orangtua apabila dia berbuat salah. Itulah sebabnya membangun hubungan emosianal dengan anak harus dimulai sejak dini. Seperti apabila anak masih dalam masa golden age, ketika dia sedang bercerita mengenai mainan barunya hendaknya kita memberikan kesan antusias ketika mendengarkan ceritanya juga tak lupa memberikan feedback terhadap setiap hal yang diceritakannya. Atau dengan hal kecil seperti memberikan sentuhan kasih sayang kepada anak, itu juga dapat membangun kedekatan emosinal kita dengannya. 

Terakhir, pada Surat Edaran Sekretaris Jenderal No.15 Tahun 2020 oleh Kemendikbud dimasa pandemi ini adapun disebutkan bagaimana seharusnya peran orang tua dalam membantu  pendidikan anak pada pembelajaran daring/luring yaitu sebagai berikut :


Dengan adanya pedoman ini diharapkan terciptanya kerjasama yang baik antara orangtua dengan pihak sekolah sehingga dapat bersama - sama mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan dan tujuan pelaksanaan belajar dari rumah ini.

Meskipun tidak dapat kita pungkiri adanya kebijakan belajar dirumah ini juga menimbulkan banyaknya kesenjangan dalam pendidikan kita. Baik mulai dari tidak memadainya fasilitas, sulitnya mengakses internet, ataupun sibuknya orangtua yang bekerja sehingga tidak dapat membantu mengontrol proses pembelajaran anaknya dsb. Maka perlu kita tekankan, bahwa bagaimanapun juga proses pembelajaran atau pendidikan ini harus tetap dilakukan orangtua kepada anaknya walau dengan ataupun tanpa guru, adanya teknologi maupun tidak. Orangtua tetaplah berkewajiban dan bertanggungjawab atas pendidikan anaknya karena pendidikan dalam keluarga tidak terbatas waktunya dan tidak terprogram pendidikannya sehingga orangtua dapat kapan dan bagaimana saja memberikan pendidikan kepada anaknya. Adapun misalnya untuk anak – anak usia sekolah yang orangtuanya ketika dirumah ternyata tidak dapat ditoleransi kesibukan/aktivitasnya, maka orangtua harus mampu terlebih dahulu menyiapkan anaknya untuk dapat belajar disiplin dan secara mandiri sehingga tanpa adanya kontroling orangtua yang intens, anak pun masih dapat secara mandiri dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran daring yang ada. 

Post a Comment

0 Comments