BERSINERGI UNTUK MELAWAN COVID-19 BUKAN BERDAMAI

Oleh : IMMawati Nur Melinda

Hasil riset yang dilakukan Singapore University of Technology and Design (SUTD) menunjukkan bahwa prediksi wabah COVID-19 secara global akan berakhir pada bulan Desember 2020 dan Singapore University of Technology and Design (SUTD) juga mencantumkan prediksi berakhirnya wabah COVID-19 di Indonesia pada bulan Oktober 2020 dengan deviasi 14,9 hari. 

Tentunya dengan catatan apabila kita mematuhi peraturan pemerintah dalam membatasi aktivitas diluar rumah serta menggunakan masker dan tetap physical distancing ketika ada keperluan yang mendesak untuk keluar rumah. 

Karena perlu diingat yang namanya prediksi hanyalah suatu perkiraan sehingga tidak dapat dipastikan, seperti yang ditulis SUTD dalam situsnya “Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Terlalu optimisme berdasarkan perkiraan tanggal akhir berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan seharusnya dihindari”.

Grafik penyebaran covid-19 di Indonesia saat ini kita ketahui bukannya meranjak turun namun malah terus - menerus meningkat secara signifikan bahkan pada hari ini tanggal 21 Mei 2020 pukul 12.00 WIB di 34 Provinsi telah tercatat ada sebanyak 20.162 orang yang positif terkena COVID-19. Ramainya pemberitaan mengenai informasi meningkatnya penyebaran ini, dilinimasa pun akhir-akhir ini sedang digemparkannya akan kabar sebuah narasi yang mengklaim bahwasanya pemerintah akan menerapkan Herd Immunity (HI). Yang di mana opini yang tersebar dimasyarakat ialah dengan diterapkan HI ini maka kemudian Indonesia pelan - pelan mulai membuka kembali atau memperbolehkan toko, mall, transportasi, sekolah, kantor dan aktivitas massa lainnya beroperasi seperti biasanya meski harus dengan protocol kebersihan/kesehatan yang tinggi.  

Sehingga harapnya pandemi akan cepat berakhir karena dengan membiarkan 70% populasi terinfeksi virus maka orang/masyarakat akan mendapatkan kekebalan antibodi secara alami sehingga dapat bertahan hidup; selanjutnya perekonomian masyarakat juga menjadi tidak lagi terhambat perkembangannya karena sudah dapat beraktivitas seperti biasanya. 

Mendengar hal itu, Jusuf Kalla selaku Ketua Umum PMI mengatakan bahwasanya istilah pemerintah berdamai dengan COVID-19 itu kurang tepat. Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 ini juga meyakini akan banyak korban jiwa jika pemerintah menggunakan opsi Herd Immunity dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Sejalan dengan hal itu, melalui wawancaranya tim CNN Indonesia via skype dengan dr.Eka Ginanjar selaku sekjend PB PAPDI menjelaskan bahwa “Herd Immunity (HI) ini adalah suatu kekebalan atau imunitas yang di dapatkan oleh kelompok, jadi kekebalan kelompok secara singkatnya. Yang di mana kekebalan itu dicapai ketika sebagian besar orang dari kumpulan tersebut terpapar oleh suatu penyakit yang dalam hal ini biasanya adalah virus. Jadi tidak 100% terpapar tetapi 70-90% dari semua populasinya.”  

Beliau juga menambahkan bahwasanya Herd Immunity ini biasanya diterapkan oleh suatu penyakit yang sudah ada imunisasi atau vaksinnya jadi tertularnya terhadap penyakit itu dilakukan oleh imunitasnya atau vaksin jadi pasien tidak terkena penyakit sampai parah tetapi pasien memiliki imunitas atau kekebalan tubuh. 

Nah ini kemudian yang berbeda kalau kita menerapkan Herd Immunity tanpa adanya imunitasnya artinya secara natural semua orang (70-90%) orang harus terinfeksi oleh virus secara natural itu berarti  70-90% orang akan menjadi sakit meski tidak 100% yang sakit tetapi bayangkan dengan populasi kita diindonesia yang puluhan juta orang ini tentunya apabila diterapkan Herd Immunity ini maka akan terlalu berisiko karena bisa menimbulkan korban jiwa yang sangat banyak.

Sedangkan kita ketahui juga bahwasanya WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sendiri tidak merekomendasikan kepada setiap Negara untuk menerapkan HI dan melonggarkan lockdown ini. Karena beberapa Negara seperti Inggris dan Belanda yang juga sempat menerapkan HI ditengah pandemi ini ternyata gagal atau tidak berhasil maka kemudian mereka menangguhkan kembali kebijakan tersebut dan mulai mengajak masyarakatnya untuk tetap di dalam rumah dan tidak lagi mengunjungi tempat umum serta menjaga jarak jika ada kebutuhan mendesak untuk keluar rumah, sekolah dan tempat public pun resmi ditutup. Dan kabarnya di singapura pula menolak akan untuk diterapkannya Herd Immunity ini.

Terkait isu Indonesia akan menerapkan Herd Immunity tersebut kemudian segera ditepis oleh Donny Gahral Adian selaku Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Presiden (KSP) kepada KOMPAS.COM. Meski tersiar informasi akan dibuka kembali mall pada tanggal 8 Juni dan sekolah pada tanggal 15 Juni dengan skenario pemulihan ekonomi dengan SOP kesehatan yang ketat. Di sisi lain Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan kabar pemulihan ekonomi secara bertahap yang beredar dalam bentuk infografis ini masih bersifat kajian. Meskipun, Infografis tersebut sudah menggambarkan fase - fase pembukaan kegiatan bisnis dan industri yang dimulai pada tanggal 1 Juni hingga Juli 2020. 

Nah di sini, Donny menegaskan bahwasanya pemerintah takkan memakai strategi Herd Immunity alias kekebalan kelompok untuk mengatasi pandemi COVID-19. Donny kemudian kembali menegaskan bahwasanya rencana pemerintah untuk melakukan relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini tidak bertujuan untuk memunculkan kekebalan kelompok atau Herd Immunity. "Tidak benar akan ada herd immunity karena protokol kesehatan tetap dilakukan. Ketika orang berada di luar nanti ketika pelonggaran, tidak serta merta orang keluar rumah tanpa pakai masker, berkerumun, dan tidak menjaga jarak," katanya. Donny juga memastikan sampai saat ini pemerintah tak pernah berpikir untuk menerapkan strategi Herd Immunity ini. Lagipula, kata dia, relaksasi PSBB sampai saat ini masih menjadi sebatas wacana. Relaksasi baru akan dilakukan jika suatu daerah sudah mengalami penurunan jumlah kasus positif Covid-19 selama 14 hari berturut-turut. "Kalau turun belum 14 hari, lalu naik lagi, maka pelonggaran PSBB tak bisa diterapkan," kata Donny. 

Lalu bagaimana kemudian dengan kondisi perekonomian masyarakat khususnya untuk menengah kebawah apabila daerahnya belum mengalami penurunan jumlah kasus positif Covid-19 selama 14 hari berturut-turut sehingga mengakibatkan pelonggaran PSBB itupun tidak dapat diterapkan dan perekonomian mereka tetap terhambat perkembangannya? 

Terkait hal itu, Jusuf Kalla selaku ketua umum PMI dalam wawancaranya dengan tim CNN Indonesia memberikan tanggapan bahwasanya masyarakat terdampak COVID-19 perlu diberikan bantuan karena pemberian bantuan ini bisa membuat roda perekonomian berputar. Beliau juga menuturkan terkait hal ini  “maka pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan dia kehidupan dengan cara BLT (Bantuan Langsung Tunai), bantuan sosial ini harus segera. Dan pemerintah sudah membuat anggaran yang cukup untuk itu sebenarnya tinggal pengaturan diberikan BLT dan itu bukan hal yang baru karena dari 2005 sudah kita jalankan”.

Selain daripada itu, kemudian adapula kasus di linimasa yang mengundang banyak perhatian dan kemirisan kita yaitu terkait beredarnya sebuah video yang didalamnya terlihat segerombolan masyarakat yang sedang memenuhi sebuah pusat perbelanjaan ditengah pandemic seperti ini. Disaat Negara sedang dalam situasi genting dengan rumah sakit yang sedang kewalahan menangani banyaknya pasien covid-19. 

Lalu kenapa kemudian kita begitu egois melakukan hal ini? Tidakkah kita ketahui bahwa garda terdepan sampai saat ini sangat begitu kerasnya berjuang setiap hari. Tidakkah kita punya naluri memikirkan bagaimana perjuangan mereka sejauh ini dalam membantu saudara-saudara kita menghadapi wabah. Dan tidakkah kita berfikir atas apa yang kita lakukan ini dapat merugikan atau tidaknya bagi oranglain? Bukankah kita (manusia) diberikan akal untuk dapar berfikir bagaimana kemudian dalam membedakan suatu yang baik dan yang buruk, salah-salah mengabaikan akal dapat berpotensi mengantar seseorang masuk ke dalam neraka-Nya karena melakukan tindakan buruk/zalim. 

Hal ini selaras dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yang artinya :

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. Al-Maidah:32)

Menanggapi semua hal ini, tentunya kita mengharapkan sekali peran pemerintah yang tegas untuk memutuskan rantai penyebaran COVID-19 ini dan juga dalam membantu perekonomian masyarakat terdampak dengan cara BLT. Yang kedua, sangat dimohon kepada seluruh masyarakat untuk sadar dan tidak egois  dalam hal ini karena kita ketahui bersama bahwasanya grafik penyebaran covid-19 di Indonesia hingga saat ini meningkat begitu signifikan maka marilah kita saling gotong-royong dalam memutuskan rantai penyebaran COVID-19 ini dengan cara mematuhi kebijakan pemerintah untuk tetap dirumah saja serta mengurangi aktivitas diluar rumah juga selalu menjaga jarak ketika keluar rumah dan jangan lupa menggunakan maskernya. 

Mari bersabar lebih kuat lagi untuk keselamatan kita bersama dan bersyukur lebih banyak lagi atas apa yang kita miliki sekarang ini. Sebagaimana Muhammadiyah memandang wabah COVID-19 ini adalah salah satu musibah yang merupakan ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas dasar sifat Rahman dan Rahim-Nya, sehingga umat Islam harus menghadapinya dengan sabar, tawakal, dan ikhtiar. 

Hal ini dijelaskan pula dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala , Yang artinya : 

Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah : 155)

Post a Comment

0 Comments