Perlunya Paradigma Baru dalam Menjawab Tantangan Pendidikan Islam



“Kegunaan Pendidikan adalah mengajarkan seseorang untuk berpikir dengan intensif dan kritis. Kecerdasan dan Karater itulah tujuan Pendidikan yang Sesungguhnya”. 
(Martin Luther King)

Dalam sejarah kehidupan masyarakat, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang paling hakiki bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Karena dengan pendidikanlah manusia mampu mengantarkan hidupnya secara ideal. Pendidikan juga penolong utama bagi manusia untuk menjalani hidup ini. Karena tanpa pendidikan, manusia yang sekarang tidak akan berbeda dengan keadaan masa-masa purbakala dahulu. Sehingga asumsi ini melahirkan teori yang ekstrim, bahwa maju mundur atau baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu.

Pendidikan Islam yang saat ini berkembang di Indonesia tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapinya. Bahkan niatan untuk memperbaiki pun belum saja dilakukan, sehingga pada akhirnya terbilang seadanya saja. 

Menurut Assegaf permasalahan pendidikan yang terjadi dikarenakan kurangnya usaha untuk memperbaharui, kemudian jika dilihat dari prakteknya masih saja menggunakan praktek yang lama dan praktek ini cenderung tidak mengantarkan siswa untuk berpikir kreatif, inovatif bahkan kritis, disisi lain model pembelajaran yang digunakan juga lebih kepada intelektual verbalistik, model pembelajaran yang sebut saja bisu. Sampai pada kesimpulan akhirnya pendidikan Islam terbilang tertinggal dengan pendidikan lain. 

Selain itu Buya Syafi’I Ma’arif juga berpendapat bahwasanya Islam yang merupakan warisan terakhir dalam era klasik tidak lagi menegakkan fondasi yang kokoh dalam spiritual dan intelektualnya sehingga dampaknya ialah salah satunya terjadinya dikotomi dalam ilmu agama atau umum, dampak ini masuk dalam pendidikan Islam, misalnya saja yang terjadi pada sistem pendidikan yang ada di pesantren, terjadinya dikotomi antara ilmu agama dan umum.

Melihat dari permasalahan yang tadi diuraikan dapat disimpulkan bahwasanya paradigma yang digunakan bukan lah paradigma dari Islam sendiri bahkan cenderung paradigma luar yang digunakan. 

Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, dalam dunia pendidikan muncullah tiga paradigma dalam pendidikan, dimana melihat dari perkembangannya masing-masing paradigma ini berlomba-lomba supaya dikenal oleh masyarakat internasional, paradigma yang dimaksud ialah paradigma konservatif yang cenderung dimiliki oleh negara yang besar dan maju, jika dilihat dalam ekonomi pun warganya merasa tercukupi, kemudian paradigma yang kedua yaitu paradigma liberal yang dimiliki oleh negara yang katakanlah memiliki sumber daya yang besar sehingga negara ini cenderung terkait permasalahan apapun tidak ada hubungannya dengan pendidikan, kemudian yang terakhir adalah paradigma kritis, dimana paradigma ini cenderung dimiliki oleh kaum yang terpinggirkan dan terbilang kalah saing sehingga mereka mencoba membangun struktur mereka sendiri.

Paradigma tadi yang disebutkan ialah paradigma yang bukan dari Islam bahkan cenderung terlepas, karena pendidikan Islam lebih kepada aspek spirtual, tetapi sejauh dalam pengamatan penulis, paradigma yang muncul lebih banyak cenderung pada aspek material atau aspek humanis dari pada spiritual, spiritual yang seharusnya di terapkan malah cenderung dikesampingkan, sehingga pada akhirnya sering kali dianggap sekuler.

Untuk melakukan perubahan dalam pendidikan sekarang maupun yang akan datang, tentu paradigma yang digunakan bukanlah paradigma yang lama melainkan paradigma yang baru dan bisa bertahan dan juga sesuai dengan berkembangnya zaman. 

Kuhn berpendapat bahwasanya apabila tantangan atau persoalan dalam pendidikan dihadapi dengan paradigma yang lama, pada akhirnya akan menimbulkan kegagalan dengan kata lain terobosan yang akan dilakukan akan sia-sia.
Paradigma pendidikan kritis-transformatif yang merupakan sebuah model pendidikan yang memberikan ruang penuh terhadap peserta didik sehingga peserta didik bisa menuju proses berpikir yang baik dan bebas bahkan kreatif.

Paradigma ini cenderung lebih menghargai potensi yang dimiliki masing peserta didik. Sehingga paradigma ini diyakini mampu untuk menjawab permasalahan pendidikan yang saat ini terjadi. 

Menurut Muhammad Karim, salah satu konsep pendidikan yang bisa digunakan dalam mengatasi tantangann atau persoalan pendidikan Islam saat ini adalah konsep pendidikan kritis-transformatif, dimana konsep ini merupakan salah satu dimensi pengetahuan yang meramu teori kritis dan filsafat postmodernisme. 

Nalar kritis dikenal dengan mempunyai cara pandang yang bisa memposisikan sebagai ujung tombak yang diyakini bisa membuat perubahan yang lebih baik dari pada sebelumnya dan jika konsep ini diterapkan dalam pendidikan, maka menurut Paulo Freire, paradigma kritis-transformatif ini akan menciptakan ruang bagi peserta diidik yang terlibat dalam suatu proses mendasar.

___________________

Nama:
Muhammad Ramadhansyah
Asal Pimpinan: 
Pimpinan Cabang Kabupaten Banjar
Kampus: 
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Instagram: 
@adhannramadhan

Post a Comment

0 Comments