Membangun Nuansa Pengkaderan yang Beradab dengan Memanfaatkan Teknologi Internet di Era Milenial


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah memasuki umur lebih dari setengah abad. Perjalanan Intelektual yang disemai dari rahim pemikiran atau geneologi Muhammadiyah ini telah berkiprah di ranah kemahasiswaan. Jika ditinjau dari sturuktur organisasi IMM telah mapan, dari tingkat yang paling kecil yaitu komisariat sampai dengan nasional (pusat).
Tidak segan-segan bahkan IMM telah melebarkan sayapnya bahkan ke negeri Jiran, Malaysia. Terbukanya jaringan organisasi IMM yang sudah luas ini menjadikannya sebuah potensi terutama dalam perannya di era millenial ini.

Peran IMM membangun dakwah melalui pemanfaatan teknologi  berupa perangkat digital menjadi usaha yang bisa terus dimaksimalkan. Meskipun keterlibatan IMM saat ini dalam memberdayakan media berupa internet untuk memaksimalkan dakwah masihlah kurang. Jika gerakan mahasiswa tidak dapat melakukan ijtihad gerakan, maka seperti apa yang dikhawatirkan oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif dimana terjadinya polarisasi gerakan yang radikal baik kiri maupun kanan.

Maka perlu adanya ijtihad gerakan dengan menyesuaikan zaman inilah yang harus diupayakan IMM saat ini. Kejenuhan berupa gerakan yang statis dan hanya bergemul dalam persoalan internal membuat gerakan IMM tidak berdaya sosial. Perencanaan program yang yang tidak berdimensi sosial, menjadikan IMM sebagai organisasi otonom di kalangan mahasiswa yang kurang berperan dalam kehidupan masyarakat.

Globalisasi sebagai akibat dari perkembangan zaman, telah membuka informasi yang masif. Pertempuran budaya menjadi agenda masif yang berlangsung dalam pertukaran informasi ini. Respon-respon yang timbul dari globalisasi ini diantaranya muncul gerakan-gerakan lokalitas demi mempertahankan posisi tradisi lokal yang ada. Masyarakat pedalaman sekalipun tak segan untuk menjauhi hidup kemoderenan.

Kemudian budaya hibrid menjadi konsekuensi dari keterbukaan informasi tadi. Popular culture, sebutan lain dari hibriditas tadi dimana munculnya beragam pencampuran kultur. Timbulnya dimensi keunikan-keunikan, pandangan nilai sehingga tampak menjadi budaya baru, dan dianut oleh masyarakat banyak. Dari budaya hibrid ini pula munculnya berbagai pandangan Islam yang beragam dalam tubuh umat muslim.

IMM sebagai bagian dari lingkup pergerakan mahasiswa berideologikan Islam, harus mempunyai sikap tegas dalam mengahadapi budaya hibrid ini.

Dalam arus milenial seperti inipula IMM diuji, berkenaan nilai ideologisnya. IMM akan menantang arus hibriditas ini dengan tetap bertahan dalam deruan arusnya atau karam diombang-ambing gelombang hibriditas. Kebutuhan kader IMM dalam melihat kemajemukan informasi ini adalah dengan kritis dalam menggunakan media, namun tidak saja dengan kritis melainkan dengan tanggap memberikan respon bahkan counter narration sebagai bentuk kritisisme IMM.

Merujuk istilah milenial, menurut William Straus dan Neil Howe milenial adalah keadaan dimana perkembangan pertumbuhan dalam kehidupannya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga mengalami perubahan yang sangat cepat. Generasi Milenial atau disebut dengan Generasi Y yang lahir sekitar 1980-2000an. Penggunaan kata Milenial ditandai dengan perubahan teknologi digital.

Zaman yang telah memasuki tahun 2020 ini, memberikan konsekuensi pada angkatan IMM disetiap level bahkan untuk jenjang DPP sekalipun didominasi oleh generasi milenial. Dalam melihat kenyataan ini IMM harus memberikan suatu rumusan berkenaan konsep gerakan untuk era 21 ini. Bagaimana fungsi dari media massa dan internet telah menghubungkan IMM diberbagai pelosok negeri. Pemanfaatan media massa dan jaringan internet diberbagai wilayah Indonesia seharusnya dapat menjadi penghubung dialog interaktif dalam merumuskan peran IMM dewasa ini.

Melihat angkatan milenial yang aktif mengisi ruang-ruang media sosial dengan berbagai kontennya. Namun melihat kenyataan itu saja tidak cukup, karena berbagai konten yang saat ini memenuhi ruang media sosial kita cenderung berisi hal-hal yang cenderung sia-sia. Bagaiamana media seperti instagram, youtobe, twitter, facebook massenger dan lain sebagainya.

Beberapa data yang berkaitan dengan penggunaan internet serta media massa di antaranya :

Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh We Are Social dan Hootsuite, terungkap bahwa masyarakat Indonesia sangat gemar mengunjungi media sosial. Tercatat, setidaknya kini ada sekira 130 juta masyarakat Indonesia yang aktif di berbagai media sosial, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter dan lainnya. Dalam laporan ini juga terungkap jika pada Januari 2018, total masyarakat Indonesia sejumlah 265,4 juta penduduk. Sedangkan penetrasi penggunaan internet mencapai 132,7 juta pengguna.

Melihat realitas dimana para pengguna medsos yang cenderung mengunggah konten yang berisikan kehidupan hedonisme, aktivitas-aktivitas tersier yang kurang bermanfaat, bahkan yang yang paling parah jika konten-konten tersebut menjurus pada kekerasan dan pornografi. Dalam merespon ini IMM harus memiliki ruang-ruang baru dalam merespon konten-konten yang tidak bermanfaat dan berbahaya tersebut.

Melihat keadaan tersebut dalam komunikasi kita harus memperhatikan apakah isi dari konten yang dibuat mendatangkan manfaat atau mudharat. Menurut Aristoteles menyebutkan komunikasi yang bagus harus memiliki tiga karakter diantaranya, (1) good sense (2) good moral character dan (3) good will. Sehingga dari konten yang dibangun senantiasa memiliki dimensi yang membawa kebermanfaatan kepada massa.

Lebih lanjut Aristoteles menekankan pada pentinya retorika dalam mempengaruhi massa. Setidaknya ada tiga jenis kemampuan atau tiga seni untuk mengungkapkan pendapat agar dapat diterima baik oleh khalayak yaitu : ethos, pathos dan logos.

Ethos merupakan merupakan aspek yang nampak dari seorang yang komunikator. Bagaimana kesan akan kepribadian sebagai seorang yang jujur, berpengetahuan serta keahlian dalam berkomunikasi dinampak dalam aspek ini. Penggunaan mimik wajah dan permainan gestur tubuh turut menyumbang persentase keyakinan audien dari pembicaraan seorang komunikator.

Pathos, adalah komunikasi dalam ruang dimensi emosional. Komunikator harus mampu membangkitkan emosi audien dalam suatu percakapan. Audien harus benar-benar diyakinkan lewat pengalaman atas perasaan-perasaan yang dirasakan komunikator. Rasa empati dan simpati audien mana kala komunikan merasakan atau dapat menggabarkan dimensi-dimensi emosional komunikator.

Logos, aspek yang ketiga ini merupakan kemampuan komunikator menampilkan suatu bentuk komunikasi yang intelek (cerdik atau pandai) mengatakan sesuatu yang argumentatif bukan pesepsional belaka. Sehingga dari komunikasi yang disajikan tidak menyesatkan atau hanya bualan belaka (hoax). Komunikator harus memiliki alasan-alasan rasional dari setiap apa yang disuguhkan kepada massa.

Ketiga potensi tadi berkaitan dengan apa yang diajarkan di IMM berkenaan dengan tri kompetensinya. Intelektualitas sebagai aspek logos dalam percakapan publik, mengartikan bahwa dimensi komunikasi IMM haruslah berlandaskan pada kaidah-kadiah berfikir yang shahih dan metodis. Agar segala informasi baik yang diterima maupun disebarkan berlandaskan pada riset dan pengkajian mendalam.

Humanitas sebagai pathos dalam percakapan publik berarti IMM selalu membawa perangai yang humanis  dalam berkomunikasi. Mengedepankan rasa empati dan simpati serta berhusnudzon dengan kritiis. Memasuki dimensi emosianal yang melatari rasa kemanusiaan. Empati harus didukung oleh rasa ukhuah yang diikat oleh rasa persaudaraan dan keimanan yang kuat.

Religiusitas sebagai ethos dalam percakapan publik berarti IMM harus menampilkan pribadi muslim yang bersahaja. Menampilkan kesederhanaan namun kemewahan dalam bertindak dan berfikir. Cakap dalam berlisan serta aktif bukan semata pencitraan tetapi diniatkan illahi ta’ala.

Maka dari itulah, IMM sebagai agen rasional dalam tubuh Muhammadiyah harus bisa meng-counter hegemoni media massa saat ini dengan konten yang bermanfaat. Aspek-aspek komunikasi diatas menjadi ukuran-ukuran dalam percakapan IMM di ruang publik. Gagasan-gagasan intelektual yang religius dan berdaya humanis dengan model komunikasi yang interaktif dan berdimensi EPL (Ethos, Pathos dan Logos).
________________
Referensi Buku:
Latif, Yudi. 2012. Intelegensia Muslim dan Kuasa Geneologi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20, Edisi Digital (Jakarta, Democracy Project).
Liliweri, Alio . 2010. Strategi Komunikasi Masyarakat (Yogyakarta : LKiS).
Ma’arif, Ahmad Syafi’i . 2009.  Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan sebuah Refleksi Sejarah (Bandung : Mizan)
Qodir, Zuly. 2014. Muhammadiyah Studies : Reorientasi gerakan dan Pemikiran abad kedua cet. 4 (Yogyakarta : Kanisius)
Faiza, Arum, dkk. 2018.  Metamorfosa Milenial (Kendal : CV Ahmad Jaya Group)
________________
Nama: M.Ramadhansyah
Asal Pimpinan: PC IMM Kab.Banjar
Kampus: Univ Muh Surakarta
Instagram: @adhannramadhan


Post a Comment

0 Comments