Lalainya Pemerintah dan Akibat kurang kesadaran
Sampai saat ini 23 Juni pukul 16.18 WITA , setidaknya ada 46.845 kasus yang terkonfirmasi covid-19 di Indonesia dengan jumlah kematian sebanyak 2.500 orang atau jika dalam persentase sebesar 5,3 % (Sumber: PHEOC Kemkes RI) Angka yang cukup besar ini timbul salah satu faktor penyebabnya ialah kelalaian dan sikap kita yang cenderung meremehkan virus tak kasatmata ini. Apalagi Negara kita, Pemerintah pusat yang saya kira keliru dalam menanggapi virus corona saat pertama kali masuk ke Indonesia, Menteri dalam negeri pernah menghimbau masyarakat agar lebih banyak makan tauge dan brokoli, dan presiden Indonesia Joko Widodo menyarankan untuk mengkonsumsi jamu dan mempromosikan khasiatnya. Bahkan Terawan yang seorang Menteri Kesehatan sempat meremehkan pernyataan para peneliti Universitas Harvard yang mengatakan bahwa Indonesia harusnya sudah memiliki kasus namun belum dilaporkan saat itu.
Seorang epidemilog dari Griffith University Astralia Dicky Budiman menilai, tindakan meremehkan virus corona bisa menjadi bumerang.
“Dunia kan sudah terkonek sangat dekat, kita bisa belajar dari Negara lain yang tabiatnya mirip Indonesia. Yang parah kan Italia, angkanya kan banyak itu harusnya jadi pelajaran,” dia juga mengungkapkan bahwa kita juga mesti berkaca dari Brazil “Brazil sama Negara tropis, sekarang luar biasa peningkatannya, karena adanya pengabaian”
Jika para Pemimpin Negara kita saja sempat meremehkan, lantas bagaimana dengan masyarakat di pedesaan dan di kampung-kampung sana dengan segala keterbatan akses data dan informasi ?
Analogi perang saat ini
Kita semua tentu sudah mengetahui sejarah Indonesia ketika merebut kemerdekaanya dari para penjajah Belanda dan jepang. Yang mana saat itu pasukan Belanda dan Jepang begitu mentereng dengan stok senjata dan peralatan tempurnya jika dibandingkan dengan tentara Indonesia kala itu. Namun saat ini kita sudah mengetahui siapa yang keluar sebagai pemenang, ya pemenangnya adalah kita Indonesia yang perjuangan para pahlawan ketika itu hanya bermodalkan senjata pas-pasan dan dengan bantuan alam.
Namun ada satu senjata rahasia lagi yang dimiliki Indonesia yakni kekuatan keyakinan dan kesadaran diri istimewa manusia, yang membimbingnya untuk merelakan diri berperang bahkan berkorban.
Ini sama seperti yang dituliskan oleh Ali Syari’ati dalam bukunya Ideologi kaum intelektual halaman 60 “oleh karenanya, ada suatu kekuatan dalam diri manusia yang mampu membentuk masyarakat, dan mencetuskan gerakan maupun tujuan-tujuan masyarakat. Keberadaan iman dan ideal-ideal masyarakatlah yang berperan mempersiapkan suatu masyarakat dan memunculkan kaum muda ke permukaan”
Dari tulisan diatas Ali Syari'ati mengatakan bahwa kekuatan kesadaran dan kepedulian dapat mengalahkan rintangan atau musuh apa saja yang menghadang kita di depan. Satu hal lagi yang berkemungkinan besar membuat perubahan di masyarakat adalah kaum muda.
Indonesia saat dijajah oleh Belanda dan Jepang pun yang menjadi inisiator serta pusat perlawanan terletak pada kaum mudanya.
Peringkat masyarakat yang berideologi dan korelasinya dengan Covid-19
Lebih lanjut Dalam bukunya Ideologi kaum Intelektual halaman 76, Ali Syariati menuliskan Ideologi meyakini tiga peringkat. Peringkat pertama adalah cara kita memahami dan menerima alam semesta, kemaujudan, dan manusia. Peringkat kedua terdiri atas cara tertentu kita dalam memahami dan mengevaluasi segala benda dan gagasan yang berbentuk lingkungan sosial dan lingkungan mental kita. Perigkat ketiga, berupa penyodoran usulan-usulan, metode-metode, pendekatan-pendekatan dan ideal-ideal yang akan kita manfaatkan untuk mengubah status-quo yang tidak memuaskan kita.
Nah disini korelasi antara peringkat masyarakat yang berideologi seperti kata Ali Syari'ati diatas dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang bisa kita katakan berada pada peringkat yang paling rendah dibawah yang terendah. Untuk sekadar memahami dan menerima pandemi ini saja sudah begitu sulit apalagi ingin berkontribusi untuk menyodorkan usulan, metode dan pendekatan dalam menangani kasus virus corona skala internasional.
Kita Pemuda dan yang kita bisa
Terlepas dari itu semua saya yakin para pemuda dan mahasiswa kita saat ini setidaknya telah berada pada tingkatan pertama dalam hal ideologi (memahami dan menerima alam semesta, kemaujudan, dan manusia). Maka dari itu yang bisa kita lakukan saat ini untuk membantu tenaga medis dan pemerintah ialah sebisa mungkin memberikan pendidikan dan informasi kepada masyarakat tempat kita tinggal. Hal ini bukan hanya berlaku bagi kita yang menyandang status sebagai mahasiswa, melainkan juga berlaku bagi mereka yang telah sadar dan mengetahui berbagai informasi mengenai virus corona.
Sudah menjadi tugas kita bersama untuk memberikan edukasi serta pemahaman kepada masyarakat tempat kita tinggal agar selalu senantiasa memperhatikan protokal kesehatan, menjaga hidup bersih dan sehat, serta menaati himbauan dari pihak yang berwenang. Menumbuhkan kesadaran bahwa diluar sana para pahlawan kesehatan kerja lembur setiap harinya untuk mengobati pasien virus corona yang tidak menutup kemungkinan adalah kerabat kita sendiri, memberitahukan juga kepada masyarakat mengenai sikap kepedulian kita terhadap mereka agar tetap #dirumahaja untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona ini, sehingga kita bisa melakukan aktifitas normal kembali.
Daftar Pustaka :
Syari’ati, Ali. 1988. Ideologi kaum Intelektual. Bandung: Mizan.
Aida, Nur Rohmi. 2020. Remehkan Virus Corona, Epidemiolog sebut bisa jadi bumerang di https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/17/130544465/remehkan-virus-corona-epidemiolog-sebut-bisa-jadi-bumerang (akses 31 Mei 2020)
Erina, Reni. 2020 Virus Corona Meledak Di Indonesia, Kekacauan Yang Dibuat Oleh Pemerintahannya Sendiri di https://dunia.rmol.id/read/2020/04/09/429557/virus-corona-meledak-di-indonesia-kekacauan-yang-dibuat-oleh-pemerintahannya-sendiri
Penulis
Nama : Muhammad Yahya
Kampus : Universitas Lambung Mangkurat
Asal Pimpinan : PK IMM ULM Banjarbaru
Instagram : @mu__yahya
0 Comments