Merah Adalah
Pilihanku
Kata orang
banyak, memilih ialah suatu tindakan yang melalui proses berfikir keras.
Memilih merupakan suatu tindakan konkrit atas banyaknya pilihan. Memilih juga
bukan sekedar tunjuk yang mana yang disuka. Namun memilih merupakan suatu
keputusan yang diiringi dengan resiko, komitmen, serta konsekuensi lainnya.
Memilih
dianugrahkan hanya kepada makhluk yang bernama manusia. Jelas sekali bahwa yang
bisa memilih adalah makhluk yang diberikan pikiran dan perasaan, dan hal ini
hanya dimiliki oleh manusia. Hewan, hanya diberikan nafsu. Malaikat hanya
diberikan perasaan taat. Lalu siapa lagi makhluk yang memiliki keduanya,
perasaan dan pikiran selain manusia. Maka semestinya, siapa saja yang manusia
patut bangga, dirinya diberikan kesempatan untuk memilih.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Ar-Ra’ad[13]: 11)
Dari
ayat diatas, menurut penulis, definisinya jelas sekali bahwa manusia diberikan
sebuah pilihan untuk mengubah apa yang ada di diri mereka menjadi sesuatu yang
lebih baik. Pilihan untuk merubah diri sendiri pun menjadi suruhan dari Illahi.
Sedangkan
manusia yang memilih tidak merubah nasibnya sendiri patutnya merasa rugi.
Sebab, pilihan akan kemauan, cita-cita, serta harapan didasari dari dalam diri
adanya kesungguhan, kemampuan, keinginan yang kuat, bahkan kesempatan yang
tidak datang dua kali.
Mengenai
pilihan pula, penulis akan menceritakan suatu hal. Pilihan dalam meningkatkan
kapasitas diri, mengenal potensi diri, mengelolanya, kemudian harapannya dapat
menjadi manfaat bagi orang disekitar penulis.
Pilihan itu adalah menjadi salah satu
bagian dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah atau bisa disingkat IMM merupakan bagian dari Angkatan
Muda Muhammadiyah (AMM) yang memiliki posisi strategis dalam rangka membangun
tradisi pembaharuan Muhammadiyah. Dengan basis kekuatan yang berada di
kampus-kampus Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), Perguruan Tinggi Negeri
(PTN), dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadikan IMM sebagai sebuah
organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
kader-kader akademis Muhammadiyah di masa depan. IMM pula hadir sebagai bagian
dari generasi muda Islam perlu mengambil peran dalam berbagai kejadian,
kecenderungan, perubahan yang mewarnai kehidupan bangsa Indonesia dalam rangka
pemenuhan kebutuhan nasional maupun konsekuensi interaksi antar bangsa.[1]
Pada
29 Syawal 1384 H, bertepatan dengan tanggal 14 Maret 1964 M didirikan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah,
yang merupakan wadah perjuangan untuk menghimpun, menggerakkan dan membina
potensi mahasiswa Islam guna meningkatkan peran dan tanggung jawabnya sebagai
kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa, sehingga tumbuh kader-kader
yang memiliki kerangka berpikir ilmu amaliyah dan kader amal ilmiah sesuai
dengan Kepribadian Muhammadiyah. Kesemuanya itu dilaksanakan secara bersama
dengan menjunjung tinggi musyawarah atas dasar iman dan taqwa serta hanya
mengharap ridha Allah SWT.[2]
Kader
IMM diharapkan memiliki kemampuan dalam hal intelektual, humanitas, dan
religiusitas, yaitu sebagai Tri Kompetensi Dasar. IMM adalah gerakan Mahasiswa
Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Hal
ini bisa disebut sebagai Trilogi IMM.
Tujuan
IMM adalah mengusahakan terwujudnya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam
rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Tujuan ini telihat dalam lambang IMM.
Lambang IMM adalah pena yang berlapis dengan tiga warna, ditengah tertuliskan
IMM, bunga melati dan pita yang tercantum tulisan arab ‘Fastabiqul Khairat’
serta dengan 5 sinar matahari.[3]
Penulis
menjatuhkan pilihan kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tentu memiliki tujuan.
Walaupun tujuan awal tersebut sederhana dan bahkan terkesan sangat sepele,
namun tujuan awal ini yang membuat penulis betah berproses di IMM. Penulis
merasakan betul bahwa dengan masuk berorganisasi akan banyak manfaat yang
didapatkan, seperti jejaring pertemanan, rasa kekeluargaan, proses pendewasaan
diri, tanggung jawab organisasi, dan sebagainya.
Mengapa
penulis tidak ingin membandingkan IMM dengan organisasi Iainnya, karena seluruh
organisasi kepemudaan yang bernafaskan Islam itu adalah sama. Yang menjadi
pembeda adalah ideologi organisasi tersebut.
Awalnya
bagaimana penulis dapat konsisten dalam IMM ini karena faktor ‘keterpaksaan’.
Prinsip penulis, apabila di undang dalam sebuah kegiatan, ‘harus’ berhadir.
Rasa keterpaksaan akan kehadiran penulis awalnya menjadi beban. Namun, dalam
agenda tersebut ternyata sangat menyenangkan bersama teman-teman. Rasa
‘keterpaksaan’ kemudian berubah menjadi kesenangan.
Setalah
sering menghadiri undangan kegiatan, yaitu DAD, outboun, LIK, dan kegiatan
diskusi selama setahun penuh, maka muncullah perasaan kepemilikan penulis
terhadap IMM. Perasaan kepemilikan ini
tidak terlepas dari pilihan bahwa penulis harus rela kegiatan akademik seiring
dengan kegiatan berorganisasi.
Seperti
gayung bersambut, rasa kepemilikan penulis terhadap IMM semakin besar ketika
menjadi struktural atau masuk dalam jajaran anggota bidang IMMawati. Baru
setelah 2 tahun berproses, penulis mengetahui bahwa seorang kader dapat
dimasukkan dalam sebuah struktural dengan bidang tertentu melihat dari
kapasitas, kemampuan, serta kemauannya. Dengan masuknya kader di struktural hal
ini berarti bahwa kader tersebut dipilih dan dipercaya untuk mengasah soft skill nya dalam mengejawantahkan
atau mengaplikasikan sebuah visi bidang kedalam praktek.
Mengaplikasikan
sebuah visi bidang ke dalam praktek, dikonsep dalam sebuah grand desain menjadi
sebuah program kerja. Kebiasaan program kerja dalam sebuah organisasi adalah
pengulangan kegiatan. Lama kelamaan terus diulangi, maka akan menjadi budaya.
Boleh saja hal ini dilakukan, namun perlu ditinjau pula mengenai catatan kecil
evaluasi tiap agenda. Serta berbagai variabel tambahan sebagai bentuk
dinamisnya pergerakan masyarakat.
Berbagai
metode dilakukan agar kader tetap aktif, dengan adanya program kerja. Mengapa
IMM menaruh perhatian lebih kepada pengembangan kader? Karena organisasi ini
adalah perkaderan. Sehingga butuh adanya regenerasi, pembaharuan, serta sosok
penerus dalam mengelola IMM.
Akhir
kata dalam tulisan ini, penulis menyampaikan bahwa rasa kepemilikan, rasa
kecintaan terhadap IMM yang harus dipupuk kader. Dengan cara seperti apa,
banyak metodenya, yang akan penulis ceritakan apabila pembaca mau meluangkan
waktunya untuk ngopi sejenak. Karena
dengan tumbuhnya rasa kepemilikan, rasa kecintaan maka sedikit demi sedikit
akan muncul pula konsistensi dalam organisasi bahkan sampai tumbuh rasa
militansi dalam organisasi.
Billahi fii sabilil haq,
Fastabiqul Khairat.
[1]
Tanfidz Musyawarah Daerah ke-X IMM Kalimantan Selatan yang disahkan pada 3 Mei
2019.
[2]
Muqoddimah Anggaran Dasar IMM dalam Tanfidz Muktamar XVIII IMM di Malang yang
disahkan pada 1 September 2018.
[3]
Anggaran Dasar IMM dalam Tanfidz Muktamar XVIII IMM di Malang Pasal 5,6,7.
1 Comments
menang berapapun di bayar
ReplyDeleteayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
WA : +85587781483